18 Menit Saja
21:42
…
“A Mild. Ada?”
“Wah, ndak ada, Mas,” seorang laki-laki setengah baya menyambutku di depan etalasi toko.
“Mild-mild yang lain ndak pa pa, Pak.”
“Tinggal ini yang paling ndak laku. Tinggal satu dan sudah lama.”
Diriku menyodorkan WR Supratman merah untuk menebus mild afkiran itu.
“Eh… panjenengan ngerokok apa ndak khawatir umur pendek?”
“Saya malah khawatir dikasih umur panjang tapi ndak bisa ngerokok,” tukasku singkat.
…
“…mungkin satu M cukuplah buat saya. Masak mau sampai puluhan atau bilyunan. Ada rumah di sana yang meskipun masih gedhek tapi harganya bisa milyaran. Tapi buat apa? Satu M buat bapak sudah cukup. Mau apalagi, to? Duit banyak kalo ndak bisa dinikmati ya ndak ada artinya…”
…
Diriku mengernyitkan dahi, mengisyaratkan tanya sembari menyodorkan tangan menerima kembalian. Tanpa ujung pangkal si bapak sudah menyerocos begitu saja.
Barangkali melihat isyarat raut mukaku, si bapak melanjutkan ceritanya. Tanpa ujung pangkal lagi.
“Anak saya ada tujuh lho, Mas. Anak pertama dokter di kalimantan. Tadinya di Sumatra. Yang kedua [lupa-red]. Anak ketiga dinas di instansi sini. Anak keempat [lupa-red]. Kelima jadi polisi. Anak keenam [lupa lagi diriku]. Dan si bungsu menjadi bidan di kabupaten lereng gunung. Mereka rata-rata bisa masuk kerja begitu saja tanpa harus muter-muter nyari kerjaan. Beda sama teman-teman seangkatannya yang harus nganggur dulu. Tapi kalo anak saya itu sambil sekolah, mereka sudah fokus untuk kerja. Jadi yang dipelajari langsung bisa dipraktikkan di dunia nyata. Bla… bla… bla… ”
Mau tidak mau diriku harus menunggu cakapnya sambil menengok arloji sesering mungkin dengan harapan si bapak akan sadar bahwa waktuku sedang mepet.
“Bla… bla… bla… ”
…
22:00
…
“Maaf, Pak. Saya mesti lanjut lagi. Masih sekitar 5 jam perjalanan,” terpaksa diriku memotong cerita non-jedanya.
“O, ya. Monggo, monggo. Maaf sudah menunda.”
Sambil pamitan, diriku basa-basi, “duit banyak kalo ndak bisa dinikmati ya seperti Mbah Surip, ya, Pak.”
“Permisi, Pak,” kata-kata pamungkasku untuk pembicaraan malam ini keluar sudah. Diriku menuju ke mobil. Tuit tuit… alarm mobil menandakan pintunya siap dibuka.
“Ya, benar itu, Mas. Mbah Surip. Makanya bapak pikir satu M saja sudah cukup. Paling untuk sehari-hari. Bapak ndak pernah neko-neko. Lha wong anak bapak yang…”
Eh, si bapak kok nyambung lagi 😦
Mengikuti langkahku ke mobil.
…
“… anak bapak yang pertama itu, lho. Dokter di Kalimantan. Sudah punya rumah sakit sendiri. Kecil-kecilan… bla… bla… nguing… nguing… ,” si bapak mengikutiku sambil ngomyang lagi.
…
“Maafkan saya, Pak. Tidakkah aneh? Bapak belum kenal saya tapi sudah sedemikian rinci menceritakan secara gebyah uyah rumah tangga bapak. Bahkan sampai trah silsilahnya sekaligus. Mohon jangan tersinggung, Pak. Bapak sudah punya segalanya, namun saya pikir ada satu yang Bapak belum punya.”
“Apa itu, Mas?”
“Bapak sudah berhasil membesarkan para pangeran dengan segala harap. Ketika para pangeran itu menjadi raja, apakah mereka mengangkat Bapak menjadi Maharaja?”
“Saya ndak ingin jadi maharaja.”
“Bukan Bapak yang ingin, melainkan para pangeran itu yang harusnya menempatkan Bapak sebagai maharaja. Bukan malah melengserkannya dari trah raja. Gejala post power sindrome ini yang sekarang terlontarkan tiap kali Bapak bercerita tentang masa lalu dan keberhasilan membesarkan anak. Tentang kandungan rupiah di balik rumah gedhek. Tentang silsilah, trah, dan antah berantah.”
Si bapak tampak tercenung. Berdiri mematung dengan tampang naif. Diriku menangkap kegalauan yang amat sangat di ekspresi lugunya itu.
“Bapak akan mati muda jika berada dalam kondisi seperti ini terus menerus, meskipun Bapak tidak merokok. Namun jangan khawatir, saya punya referensi tempat yang cocok buat menata kegalauan Bapak sekaligus men-solusikan segala uneg-uneg Bapak,” lanjutku mencoba membesarkan hatinya.
Si bapak tampak cerah, seolah menemukan pancaran kesucian dari wajah gantengku. 🙂
“Di mana itu, Mas? Kalo boleh bapak tahu…”
Diriku menyobek kertas aluminium foil dari bungkus rokok dan menuliskan sebuah alamat di situ, lantas menyerahkannya kepada si bapak.
“Ini ada forum yang sangat bermanfaat, Pak. Pengelolanya sangat berpengalaman, bahkan dengan satu kata kunci saja dia bisa menyelesaikan konflik intern dalam pikiran seseorang,” ujarku mempersuasi si bapak.
Si bapak menatap tulisan di sesobek kertas itu dan mengejanya pelan-pelan, “Hatetepee… eh, ini titik dua, garing terus garing lagi ya, Mas? Mmm… hatetepe sukarnosuryatmojo titik wordpress titik com garing kenduri narablog 2009.”
”Betul, Mas?”
”Betul,” diriku mengacungkan dua jempol, ”mantabs…!!!”
”Permisi dulu pak, saya masih harus mengejar malam dalam 5 jam ini. Masih ada postingan yang tertunda karena belum ada ide. Ini request dari teteh.”
”Apa request-nya?”
”Posting happy wedding anniversary buat kami berdua di tanggal ini.”
“Kalo begitu, tolong tuliskan juga bahwa bapak ikut mengucapkan selamat merayakan kawin jagung kalian. Happy wedding anniversary. Semoga berbahagia dan mendapatkan pangeran dan sukses seperti pangeran saya, dan langgeng untuk selamanya, dan… hei hei… Masss.”
…
jedaggg…
cengengenggggeng…
brem… bremmm
din dinnn…
”Terimakasih, Pak. Pesan moral dari 18 menit ini sudah lebih dari cukup untuk pelajaran silsilahku kelak. Tentang raja, tentang pangeran, maharaja, dan raja yang kesepian. Mantabs…”
Diriku melambaikan tangan, menginjak pedal gas, mengejar ketertinggalan malam.
Menuju satu titik hari bahagia yang dirayakan dengan kenduri maya.
______________________________
Happy wedding anniversary to us
Agustus 10, 2009 pada 10:43 pm
pertamax sek lagi moco 😀
oh pertamaaaaxxx…
_______
~noe~ :
terimakasih, den mas 🙂
Agustus 11, 2009 pada 1:36 am
pertamaaaaaaaaaaaaaaaxxxxxxxxxxxzzzzzzzzz
*nebeng yaaaak*
_______
~noe~ :
ijin dulu ke den mase, kangboed 🙂
wong ediannn…
Agustus 11, 2009 pada 2:17 am
pertamaxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx…
nebeng juga.. hahahaha..
_______
~noe~ :
wah ada tukang tocab 😀
selamat datang.
pertamaxnya masih gratis tis…
Agustus 12, 2009 pada 8:23 am
kang boed,… kang boed,….
weleh weleh,…
kayak si komo
Agustus 12, 2009 pada 2:58 pm
sekarang lagi trend nebeng pertamax kayaknya hehehe…
Agustus 12, 2009 pada 10:19 pm
aku nebeng juga lah…
Bang, mantep x artikel yang ini, suka kali aku bacanya. penuh nilai filosofis gitu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata 😀
Agustus 10, 2009 pada 10:54 pm
first, happy aniversary to mas noe, semoga bahagia untuk selamanya 🙂
mission complete, itu kesimpulan untuk bapak tadi. Misinya sudah selesai di dunia. Mengutip apa yang pernah dikatakan oleh bapak saya, ‘nunggu dipundut Sing Kuasa’
_______
~noe~ :
terima kasih, den.
diriku justru menangkap sebaliknya, bahwa bapak itu sangat kesepian sehingga dengan diriku yang baru pertama kali bertemu, numpang beli rokok, beliau sangat royal bercerita tentang kehidupan pribadinya. sementara tujuh orang anaknya sudah tidak ada yang tinggal serumah.
Agustus 12, 2009 pada 2:57 pm
sebenarnya aku juga ada pengalaman menarik, terutama dengan simbahku yang semua anaknya menyebar, dan tinggal dua orang saja yang rumahnya ada di sekitar simbah. Hanya saja, sepertinya simbahku itu tidak separah bapak itu, meskipun anak yang paling disayanginya merantau paling jauh.
Tapi ya namanya orang tua kangen sama anak, itu biasa. kalau sampai kesepian, itu kesannya keterlaluan. Tapi kita tak pernah tahu masalah sebenarnya dari si Bapak, karena yang diceritakan pasti tidak mengungkap semua masalahnya.
Kalau bapakku, legowo saja aku tinggal2, whong aku anak durhaka hehehe…
Agustus 10, 2009 pada 11:14 pm
Happy anniversary 😀
_______
~noe~ :
terimakasih
Agustus 10, 2009 pada 11:18 pm
sing penting iki sikik : Happy wedding anniversary to u
aku mau jane meh turu, kok tergelitik dng 18 menitmu ini. lha, bapak dan ibuku sekarang malah jd emban bagi para cucu2nya ketika beliau berdua main ke istana anak2nya. tp, kadang juga mereka berdua jd pendito… 🙂
_______
~noe~ :
terima kasih, gus.
hehe.. bukan pada aktivitas beliau jabatan itu maharaja itu disandang, melainkan kepada porsi penghormatan dan silaturahmi di keseharian. seorang maharaja tidak akan segan ngemban cucu. tapi seorang kutukupret akan semakin terpencil.
(tumben wani ngelawan guskar) 😆
Agustus 10, 2009 pada 11:27 pm
Ketika ada orang tua menceritakan tentang keberhasilan anak-anaknya mungkin barang kali posisi kita yang mendengar adalah mengambil hikmah dan belajar menerima perkataan orang. dan meyenangkan hati kawan bicara kita sepertinya menjadi lebih baik.
orang kecilpun bila menikmati hidup malah lebih banyak dari pada orang besar yang tak menikmati
_______
~noe~ :
betul, om.
makanya kutulis 18 menit saja sebagai toleransi sebagai pendengar yang baik full manggut-manggut dan sesekali merespon. jika tidak distop, bisa jadi sampai pagi beliau bermonolog.
Agustus 11, 2009 pada 12:05 am
“HaPPy WeDDiNg Ann!verSaRy”
Luph U
Agustus 11, 2009 pada 12:32 am
Sugeng tanggap warso palakrami nggih mas
_______
~noe~ :
maturnuwun
semoga diriku tercerahkan 🙂
Agustus 11, 2009 pada 1:22 am
satirnya lumayan tajam, bro.
tapi promosi kenduri narablognya keren juga tuh. hehe..
trus selipan happy wed anniversarynya juga masuk.
sekali posting, 3 maksud tersampaikan.
_______
~noe~ :
artinya masih bisa ditajamkan ya. diriku khawatir menjadi sarkasme.
sebetulnya diriku juga bingung, inti karangannya ini di mana 😀
terimakasih masukan dan ucapannya.
selamat jalan2 lagi, bro…
(jadi inget merapi) 😦
Agustus 11, 2009 pada 1:34 am
Salam Cinta Damai dan Kasih Sayang ‘tuk Sahabatku tersayang
I Love U fuuuuuuuullllllllllllllllllllll
_______
~noe~ :
mantabs 🙂
Agustus 11, 2009 pada 1:37 am
selamat….
selamat….
selamat.
_______
~noe~ :
makasih
makasih
makasih
Agustus 11, 2009 pada 1:39 am
Happy weeding maaasssss.. semoga tambah lengket dan awet dan menemukan kebahagiaan dalam rumah tangga
salam sayang
_______
~noe~ :
mantabs…
makasih, kangboed.
salam damai untuk sodaraku sekalian alam…
Agustus 11, 2009 pada 1:49 am
Moco judhule wae aku wis mbatin iki mesthi ndhobozdotcom 😆
_______
~noe~ :
ojo diwoco judule tok, kang.
kocomongtore dilepasdotcom dulu 😆
Agustus 11, 2009 pada 1:51 am
dari beberapa dialog yang ada di post ini, saya tertarik pada bagian ini,mas,
saya sangat setuju itu, keke …
_______
~noe~ :
hehe…
jawaban andalan jika ada yang protes.
dan belum ketemu batunya. artinya masih berjaya dgn jawaban delenger seperti ini 🙂
Agustus 11, 2009 pada 2:19 am
wah… saya sebelumnya nggak tahu artinya happy wedding annipersery, tapi setelah tanya ke temen sebelah jadi tahu artinya.. (hahahah..ndeso..ndeso…)
selamet ya mas.. semoga bahagia selamanya.. wokey…
_______
~noe~ :
jangan khawatir.
istilah itu juga diriku dapat dari sms temen, langsung posting, baru kelabakan cari kamus online. soale belum tau artinya 😆
untung agak tidak salah jauh juga…
Agustus 11, 2009 pada 2:38 am
ora ngapusi nek saya juga ndobos kalo tahan seharian nggak membakar tembakau… 😆
_______
~noe~ :
hehe..
ada kawan kelas juragan juga rupanya 😀
Agustus 11, 2009 pada 7:23 am
wah selamat ya mas…. perjuangan masih jauh
_______
~noe~ :
perjuangan yang mana, woeng?
Agustus 11, 2009 pada 7:33 am
^^ sugeng aniversary pak noe..
hm… jadi membayangkan ayah saya… beberapa tahun lagi…
semoga kami, anak-anaknya bisa jadi orang sukses juga.. 😀
_______
~noe~ :
kenapa tidak membayangkan calon suami saya?
aminnnn untuk doanya 🙂
terimakasih, nisa
Agustus 14, 2009 pada 3:05 pm
waduhh… gak kepikiran e pak kalo calon suami…
*nyengir*
_______
~noe~ :
harus mulai dipikirkan sejak sekarang 😛
Agustus 11, 2009 pada 7:40 am
happy ya mas…
Selamat… 🙂
_______
~noe~ :
terima kasih 🙂
Agustus 11, 2009 pada 8:28 am
happy aniversary bang…hee..aku kok ya gak kepikiran nulis itu juga di blogku ttg happy aniversarynya..haaa
_______
~noe~ :
hehe…
terima kasih, om.
ini juga pesenan kok, bukan terlintas dari otakku.
Agustus 11, 2009 pada 10:41 am
Happy wedding anniversary to u
Wah kadang-kadang memang begitu mas, kita ngomong ama seseorang disaat kita agak terburu-buru, mau memotong cerita orang itu tidak enak, mau dengerin sudah menunggu waktu.. sulit memang..
tapi cerita dari bapak itu bisa diambil hikmahnya buat mendidik anak kita nanti!
Iklan Gratis
_______
~noe~ :
betul
begitulah yang diriku tangkap dari fragmen kemaren malam.
terimakasih menambahkan pointnya…
dan terimakasih untuk selamatnya 🙂
Agustus 11, 2009 pada 10:58 am
Aku kehilangan indentitasku
Sudah tak ada lagi aku disitu
Semua digantikan anakku
Annakku begini anakku begitu
Aku
adalah satu dari para orang tua
yang bangga setengah mati pada anak2nya
…..
Happy Anniversary kang! 🙂
_______
~noe~ :
abrakadabra
terimakasih 🙂
untuk sajaknya
meski untuk bapak itu
tapi bisa berarti banyak untuk kita semua…
Agustus 11, 2009 pada 11:01 am
Merayakan kawin jagung… maksudnyaah??
_______
~noe~ :
hehe…
seumur jagung kan berarti tidak terlalu lama.
kawin jagung juga berarti kawin yg belum terlalu lama 😀
dirimu jeli.
tapi wr supratman merah tidak ada yang komen. padahal diriku salah ketik 😀
Agustus 11, 2009 pada 12:32 pm
Jah, postinganna bkn happy anniversary lg dunk
_______
~noe~ :
jadi apa dunk?
*tendang juga 🙂
Agustus 11, 2009 pada 1:11 pm
post power syndrome….
keinginan ortu..
kadang merasa gimana ya…
jelasnya, kasih ortu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah….
jadi inget ‘Ibu’ a la bang Iwan..
_______
~noe~ :
bener, om
tapi kadang orang tua terlalu banyak berkorban seumur hidupnya meski anaknya sudah mandiri. seharus ada garis waktu yang mensubtitusikan peran dua sisi itu…
Iwan Fals – Ibu
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah… penuh nanah
Seperti udara… kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas…ibu…ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas…ibu…ibu….
Agustus 11, 2009 pada 2:57 pm
Hallo de Wisnu.. apa kabar ?
Lucu artikelnya hubungan antara “umur” dan “merokok..” hehe, di kampung om kus kebanyakan mereka menghisap tembakau asli yang dilinting daun aren, umur mereka 80 tahun masih kuat mencangkul… tapi yang di kota banyak yang kurang dari 60 tahun… tidak merokok, perutnya buncit banyak duit.. pada pulang lebih awal.
Jadi korelasi antara rokok dengan umur, itu secara ilmiah (kedokteran). Padahal faktor kebiasaan juga sangat kuat.
Salam sukses.
_______
~noe~ :
betul, om
faktor kebiasaan dan kondisi alam.
di kota terlalu banyak polusi. menghirup asap mobil di prapatan lampu merah bahayanya berlipat=lipat dibanding merokok.
terimakasih…
Agustus 11, 2009 pada 3:44 pm
wah muantep
_______
~noe~ :
sangarrr…
Agustus 11, 2009 pada 4:15 pm
ujung-ujungnya promosi blog,ya udah,tak coba ke tkp,siapa tahu jadi maharaja
_______
~noe~ :
betul…
lagi ada kenduri 🙂
Agustus 11, 2009 pada 4:18 pm
mencoba memahami dan merefleksikan
_______
~noe~ :
terima kasih
jangan terlalu serius 🙂
dua komeng kok digelandang akismet ya 😐
Agustus 11, 2009 pada 4:50 pm
Hanya terdiam tanpa kata..
otakku tak cukup hanya membacanya..
saat aku kembali ke tulisan lain…
aku terhenti dan kembali ke sini untuk membacanya..
kenapa…?
Bisakah aku menciptakan pangeran-pangeran seperti sang bapak..?
_______
~noe~ :
atau sebaliknya
bisakah tidak bernasib seperti sang bapak yang menjadi kesepian karena ditinggalkan pangeran2nya?
terima kasih apresiasinya, om
Agustus 11, 2009 pada 5:43 pm
We kekeke.. dialog yg cerdas..
Hati-hati lho ntar kena cukai promo tembakau.. hix hix hix.. mana tahaaan gak nyedot mbako…
_______
~noe~ :
tenang
cukai gampang dipalsu kok 🙂
Agustus 11, 2009 pada 7:46 pm
dong.. dong.. dong.. dong.. **sambil ketok” jidat
kenapa bundo terlewat postingan ini..??? beginilah bila tll bergantung dg google reader, pasti kemarin tak sengaja semua item di mark as read.. dan hilang dr layar.. ya sudahlah..
pertama, Happy Wedding Anniversary buat Noe dan Teteh.. semoga cahayaNYA senantiasa sinari rumah tangga kita semua, amiin.
kedua, bundo merasa tersindir dengan satir itu.. betapa para orangtua bertahan dengan kebohongan” menahan rasa terpinggirkan setelah para buah hatinya menjadi pangeran” sibuk.. tapi noe, kebanyakan orangtua memang ikhlas dengan keadaan spt itu.. sehingga anak”nya pun menganggap wajar utk tak begitu mengacuhkan mereka [bundo termasuk didalamnya]
ketiga, dengan tulisan ini kendurinya guskar tambah meriah..!!! keren noe..
_______
~noe~ :
pertama, terima kasih banyak bundo. dan thanks sudah menyempatkan diri ke sini lagi.
kedua, satu fragmen singkat yang membuat diriku berpikir sepanjang perjalanan malam itu. tentang kahanan ing donya yang di luar kendali kita.
ketiga, didedikasikan untuk kenduri, karena seperti ikut merayakan hari besar kami saja. tapi sama sekali tidak bermaksud mempengaruhi panitia undian, lho 😀
Agustus 12, 2009 pada 3:03 pm
merasa curiga, jangan2 kenduri narablog itu konspirasi sampeyan dengan guskar untuk merayakan wedding anniversarynya sampeyan 😀
@guskar: Gus, hadiahnya dikasih ke mas noe aja, dalam rangkah perayaan ultah weddingnya mas noe sama teteh 😀
*kabooorrrr…
Agustus 11, 2009 pada 10:20 pm
ini yg paling ngena buat saiia “Saya malah khawatir dikasih umur panjang tapi ndak bisa ngerokok” hahahhaha… pas bangeddd rasanya 🙂
kawin jagung?!?!?!
_______
~noe~ :
hehehe…
jawaban andalan tuh…
Agustus 12, 2009 pada 7:23 am
hmm, saya pernah kena bronkitis.
jadi g ngrokok skrg. hehe 😆
Agustus 11, 2009 pada 11:06 pm
wah, aku harus minta waktu sebentar buat mencerna ini smua …
salam kenal, baru tiga hari ngeblog, pengen di kunjungi
kalo lagi ngak sibuk…
_______
~noe~ :
monggo monggo 🙂
Agustus 12, 2009 pada 12:46 am
Wah wah wah wah, tidka terasa sudah 2 tahun yawh Mas….
Semoga selalu berbahagia dan aman,sehat, mantaappps!!!!
Kisahnya itu lowh, keren2, ga nyangka dech kalo akhirnya itu adalah membepingati Welding Anniversary 🙂
_______
~noe~ :
terimakasih doanya 🙂
Agustus 12, 2009 pada 12:51 am
wah weding anipersari bos…? hepi weding anipersari dari saya. semoga para pangeran dan puteri kelak menempatkanmu sebagai maharaja.
jadi kalo saya beli rokok sama situ, situ ndak usah cerita-cerita kaya gitu ke saya….hehehe saya buru-buru ini.
salam takzim…
Agustus 12, 2009 pada 5:40 am
Happy Wedding Anniversary , MAs Wissnoe.
Semoga rumah tangganya selalu diberkahi olehNYA, amin.
Kasihan ya sama si bapak tukang rokok itu,
kelihatannya kesepian sekali, walau punya 7 anak, mungkin sudah tdk ada silaturahim dgn mereka, jadi langsung curhat habis2an ya.
salam.
Agustus 12, 2009 pada 8:54 am
mm… bapak yang merana gitu? ditinggal pergi anak-anaknya?
Agustus 12, 2009 pada 10:03 am
err… jadi ini percakapan selama 18 menit kah?
Agustus 12, 2009 pada 10:15 am
jadi cemana maksudnya kang koq aku nda mudheng
Agustus 12, 2009 pada 12:57 pm
kok gak mudeng juga?
Agustus 12, 2009 pada 2:10 pm
sebuah renungan yg dalem sekali. seringkali kita melupakan siapa yang telah membesarkan kita. siapkah kita diperlakukan seperti itu?
Agustus 12, 2009 pada 2:48 pm
Wah memang yang seperti itu bikin bingung ya, di sisilain kita tak ingin memotong pembicaraan orang, dan disisi lain kita lagi terburu-buru..
Agustus 12, 2009 pada 2:52 pm
jeru tenaaaaannn… 😀
Agustus 12, 2009 pada 4:12 pm
Artikelnya menarik sekali, penyajiannya juga asik…salam kenal ya
Agustus 12, 2009 pada 5:13 pm
SALAM CINTA DAMAI DAN KASIH SAYANG
‘TUK SEMUA SAHABAT SAHABATKU TERSAYANG
” I LOVE YOU PHUUUUUUUUULLLLLLLLLLL “
Hadooooooooooh yang lagi utah perkawinan kayanya sekaran BULAN MADU ke dua kalinya yaaaa
Agustus 12, 2009 pada 5:58 pm
Salam
Hepi anipersari Mas, semoga bahtera yang dibawa sang nakhoda tetap selamat sampai akhir hayat. Amin
Agustus 12, 2009 pada 6:07 pm
Happy Anniversary Noe, semoga kebahagian dan kemulian tidak pernah menjauh. Do’a saya sebagai teman mengiringi.
Saya bingung mau bilang apa sama sibapak, Great Father atau Naif Father, tetapi tugasnya sebagai bapak sudah selesai sekalipun disertai dengan “sedikit” PPS. Saya fikir sibapak lebih baik membekali diri dengan tambahan untuk kelak diakhirat. Salam
Agustus 12, 2009 pada 6:17 pm
Dalam menilai hidup tiap orang pasti ada perbedaan. That’s life.
Agustus 12, 2009 pada 8:44 pm
bapaknya butuh temen curhat tuh…..
hehehehe
happy aniversary…. semoga semuanya baik-baik saja.
mantabs… loh? apanya yang mantabs?
Agustus 12, 2009 pada 8:45 pm
selamat selamat….seneng bgt ya om, untuk anniversary-nya…semoga selalu dalam lindunganNYA, semoga senantiasa dalam ruang kebahagiaan…
18 menit untuk 18 musim dan bahkan tuk selamanya ^_^
Agustus 12, 2009 pada 9:01 pm
yup… selamat aniversary
salam kenal aj..
Agustus 12, 2009 pada 10:21 pm
oh iya, sekalian ngucapin selamat berbulan madu lagi ya… hehe
Agustus 12, 2009 pada 10:48 pm
wah…mantap juga…tu …bisa konsul bagi orang yang sedang galau ni….oke…semoga selalu sukses
Agustus 13, 2009 pada 1:09 am
satu menit aja aku minta untuk ngejunk hahaha
salam kenal om
Agustus 13, 2009 pada 6:37 am
mantap
Agustus 13, 2009 pada 6:48 am
[peserta kenduri]
http://myspacenote.blogspot.com/2009/08/menikah-di-depan-jenazah_12.html
artikelnya cuma ngambil dari artikel lain
Agustus 13, 2009 pada 6:59 am
haddiiirr…
pagi2 mengunjungi rumah sahabat, siapa tau kebagian secangkir kopi hangat… MAntap…!!!
cu..
Agustus 13, 2009 pada 7:00 am
selamat2 yach… moga bahagia selalu…
aih…, ada banyak hal dari yg ku dapat dr postingan di atas, Hhmmm…. bentar tak sruput dulu kupi en suryaku yo…
mantap bro…
cu..
Agustus 13, 2009 pada 8:48 am
ketika ku baca kemarin dengan seyum namun kali ini ku hanya meyapa dalam pagiku, entah siang dalam tidurku
Agustus 13, 2009 pada 8:59 am
Happy wedding anniversary. May God bless you all.
Maju terus dengan artikel menarik dan bermanfaat lainnya mas.
Salam hangat dari Surabaya.
Agustus 13, 2009 pada 9:24 am
wah blue senag banget dapat postingan seperti yg kamu sajikan ini sahabat…..dan blue benar benar membacanya……hehehe sungguh blue baca koq!
salam hangat selalu
Agustus 13, 2009 pada 11:24 am
SALAM CINTA DAMAI DAN KASIH SAYANG ‘TUK SAHABATKU TERSAYANG
I LOVE YOU FUUUULLLLLLLLLLLLLLLLLLLL
dooooooh nyang bulan madu belum pulang jugaaaaaaa
Agustus 13, 2009 pada 12:21 pm
hiyaaaaaaaaaahhhh….
ojo gganggu kang boss…. nyang berbulan madu biarkan aja memadu…
cu…
Agustus 13, 2009 pada 1:52 pm
wah yang bener tuh bos…tapi ok juga sih.siiip dehhh.kamsia ya.
Agustus 13, 2009 pada 3:09 pm
Walah jan..rame tenan… salam aja lah….
semangat……….
Salam KBM
Agustus 13, 2009 pada 3:12 pm
happy wedding anniversary dech..moga aja langgeng kekal abadi immortal ajah pernikahannya
Agustus 13, 2009 pada 8:44 pm
terimakasih semuanyaaa…
replynya rapelan ya.. soale kalo jam kerja ndak sempet nengokin blog sendiri.
@bocahbancar
terimakasih doa dan apresiasinya.
selamat untukmu juga, semoga sukses 🙂
@geRrilyawan
terimakasih atas doanya.
emang guwe setengah baya? orang masih setengah abg gini og 😛
@bundadontworry
amin…
terimakasih doanya, bunda
iya betul, keseian. pandangan yang sama dengan yang diriku tangkap kemaren malam.
@huang
betul, huang
terlalu pemikir sih loe :-
@Billy
betul, bos
@julie & widdy
hehe…
mantabs pokoke
ini ala guskar, jadi emang harus tau inner linknya dulu, jul 🙂
@dheminto
betul, dhe…
hanya kelegowoan yang bisa membuat kita siap
salam
Agustus 13, 2009 pada 8:51 pm
@sambengan
betul…
tapi di sisi lain kita mendapat pembelajaran tentang hidup
salam…
@mahendra
sumur kali yag 😛
thanks om
@planet orange
terimakasih apresiasinya.
salam kenal juga 🙂
@kangboed
salam damai juga buat sodara seru sekalian alam 🙂
@nenyok
terimakasih atas doanya 🙂
@aldy
hahaha…
naif father. mantabs…
betul. legowo dan tawakal lebih bermanfaat untuk kondisi ini.
@solo life
betul.
jadi penilaiannya apa dunk 😐
@denyar
terimakasih doanya.
mau nemenin si bapak ndak?
@zulhaq
terimakasih doanya.
di sini dirimu kehilangan kesintingannya. tapi di soewoeng pernah menggegerkan 😆
@adicahblora
terimakasih.
blogmu ndak bisa dikasih komeng. error mulu
@jack
terimakasih jack
@pakwo
salam sukses juga 🙂
Agustus 13, 2009 pada 8:56 pm
@cue
silakan 🙂
@heri
mantabs juga
@heri (lagi)
salah ndaftar kang.
di tempatnya guskar sana 😛
@faza
surya
hehehe…
awal umur pendek 😛
terimakasih doanya dan apresiasinya
@kawanlama95
lha tidur siang sama senyum juga ndak papa to
ya to
mantep to…
@pakdhe
terimakasih untuk doanya, pakdhe
@blue
salam hangat juga.
terimakasih untuk apresiasinya…
@kangboed
salam damai juga sodaraku seru sekalian alam…
@faza (lagi)
😛
@indra1082
salam MBK, kang 🙂
@mel
terimakasih untuk doanya 🙂
Agustus 20, 2009 pada 6:56 pm
He….he jadi inget diri sendiri (nyindir ya…he….he)
Sorry telat ya…..
happy anniversary to u
Agustus 22, 2009 pada 1:11 pm
rokoke kok podo aku.
Happy wedding anniversary to you
______
~noe~:
terimakasih, kang endar 🙂