Selamat Pagi Indonesia
tik tok tik tok…
Suatu sore di malam tujuh belasan…
+Piye, Jull? Bisa berangkat? [tanyaku via telpon rumah]
-Ke mana? Kapan?
+Merapi. Nanti malam.
-Waduh, Kang, aku jadi tuan rumah tirakatan 17-an. Rumahku banyak tamu nanti malam. Tak pikir kita mendaki habis lebaran jee…
+Ooo… begitu. Ya sudah gapapa, habis lebaran saja.
-OK. Berarti nanti malam batal naik, to, Kang?
+Ya tetap naik. Sendirian…
-Asem ik. Jigur kowe, Kang. Aku ikut !!! [jigur/bajigur : umpatan basa jogja]
+Lho, tirakatane piye?
-Hehe… Nanti tak tinggal wae. Kan ada bojoku plus dibantu tetangga.
+Terus mau alasan apa?
-Tahun kemarin kan membiarkan dirimu naik Lawu sendiri. Sekarang masak mau membiarkan naik Merapi juga sendirian. Bojoku ngerti, kok. Masak kawannya naik dua kali dibiarkan sendirian.
+Woww… bajigur dua gelas sampeyan… Ninggal tirakatan plus menempatkan diriku jadi kambing hitam.
-Jiahaha…
Jull… Jull…
Andaikata tahun lalu dirimu bisa mengalahkan demam, diriku tidak akan pernah bisa menikmati syahdunya pendakian solo waktu itu. Dan sekarang di antara kegamanganku akan kondisi fisik yang telah bermimikri jadi tukang ngeblog, metukruk di depan laptop saja, syukurlah dirimu bisa berangkat meskipun diriku yakin itu diiringi tatapan mata pasrah, bibir ndremimil, serta cium tangan yang ala kadarnya dari nyonyahmu.
Alhasil dirimu pun datang cuma membawa ransel dan jaket saja. Kita harus berbelanja di waralaba kapitalis malam-malam untuk mengisi ransum buat perjalanan yang kita berdua belum pernah ke sana. Menyasar hampir Salatiga merupakan salah satu bentuk kekonyolan kita, mengingat kita memegang GPS. Hingga jam 23:30 WIB kita masih mencari-cari tempat yang namanya Selo Boyolali, tempat basecamp Merapi berada.
Jam 00:30 WIB barulah kita memantapkan hati, melangkahkan kaki, sekedar menyiksa fisik yang terbiasa hanya duduk di belakang meja. Meskipun tinggal semangat dan kentut yang masih eksis kita sandang. Namun yakinlah, tak ada yang tak mungkin.
Kalo bukan Merapi
kita mungkin akan kembali
Tidur mengaso di springbed dengan selimut tebal
atau tongkrong di cakruk
ngobrol ngalor-ngidul ikut tirakatan
Udat-udut udute uwong, gresak-gresek gorengan
atau seteguk kopi semruput
Kalo bukan Merapi
atau wedhus gembelnya
Ini salah satu negeri di atas awan
di satu titik cincin api Nusantara
Tempat berlabuh riak-riak,
alunan,
hingga gelombang awan yang semerbak di sekitar lereng
dan punggungnya
Dahsyatnya angin gunung sebagai kendaraan awan
yang kadang lepas kontrol
memacu rpm yang tinggi
membalur sekujur badan dengan kegigilan
Hei hei…
coba ingat,
di sebelah barat itu
Mencungul Sumbing dan Sindoro
yang pernah kita jejaki hampir satu dekade yang lalu
Atau di seberang timur
yang hampir lepas dari jangkauan mata kita
Lawu…
Tempat setahun yang lalu diriku menandai jalurnya
dengan jejak gontai kaki lemasku
Sendirian
Ketika dirimu terbaring masuk angin
Emang ndeso tenan koen…
Atau cobalah tengok ke samping utara sedikit
Itu Merbabu
Sampai lupa diriku sudah berapa kali ke sana
Satu yang kuingat adalah
tidak pernah diriku ketemu jalan yang benar
Selalu tersesat di sana
Termasuk dua tahun lalu ketika hanya kita berdua
mencoba peruntungan dengan GPS
tetap saja nyasar
dikejar-kejar suara munyuk gukguk liar
Sehingga survey lokasi titipan dari punggawa basecamp
menjadi mangkrak tak berujung
Namun di sini
akan berbeda semangat kita
Nge-camp di Pasar Bubrah
sambil memandang puncak yang menjulang
dengan sudut kemiringan lebih dari 45 derajat
Beberapa posisi rock-climbing jika salah jalan
bisa menyurutkan langkah
Mengowohkan bibir yang ketes-ketes
karena pobhia ketinggian
Juga ancaman beberapa kali kejugrugan batu muda
hasil erupsi 2006
sebesar mustakaku, kepalamu, bahkan ndase kebo bule
Tapi bayangkan juga
syahdunya
menyisir pikiran
di sudut sisa lava yang angkuh dan dingin
di tepi jurang jiwa yang beralas belerang
dengan latar belakang sumbing sindoromu
Atau barangkali
cukup dengan bernarsis ria
Menginjak-injak tugu alam
lava yang beku
Seolah menempatkan harkatmu lebih tinggi daripadanya
Namun tetap saja
Kita berharap akan satu tujuan
Bagaimana
di puncaknya puncak
di atas lava tertinggi
ditopang jejak kokoh kaki kita
dengan hasta yang terentang setinggi-tingginya
Hanya ada Merah Putih di sana
Selamat pagi Merapi
Selamat pagi Indonesia
I love You full…
Puncak Garuda, 17 Agustus 2009
____________________________
ps. catatan perjalanan ini diriku sertakan untuk meramaikan
Blog Contest : Nothing Impossible yang diselenggarakan adinda dindasmart[dot]com.
____________________________
lampiran peta perjalanan dengan koordinatnya (datum WGS84)
____________________________
* mohon maaf, di puncak ndak ada sinyal 3G, jadi hiatus bw dulu 🙂
Tag: gps, gunung, jalur pendakian merapi, koordinat, pasar bubrah, peta, puncak garuda, selo
You can comment below, or link to this permanent URL from your own site.
Agustus 21, 2009 pada 12:11 am
Aq lg yg pertamaaa 🙂
______
~noe~:
mantabs 🙂
Agustus 21, 2009 pada 7:39 am
bundo mau numpang berdiri dekat teteh ya 🙂
KUEERRRREEENNNN NOE..!!! SUBHANALLAH..
______
~noe~:
jangan cepat terkejut, bundo
inget jantung 🙂
terimakasih atas apresiasinya…
Agustus 21, 2009 pada 1:06 am
keduaxxx dulu ah ….
Wah pecinta gunung rupanya. Kalo saya sepedanya tapi gak pernah ke gunung. he he
Selamat sebagai pecinta alam.
Lainnya : Fotonya yang bener-bener cakep, indah banget, belajar foto darimana mulainya ya?
Salam sukses Kang.
______
~noe~:
makasih, kang yayat
otodidak saja. kebetulan saja dapat hasil lumayan, biasanya hancur lebur 🙂
Juli 11, 2010 pada 10:29 pm
giLLaaa… keRen bNgetz fto”.y …..
ampe mak brkaca”.. jdi pngen ngkutan fto …
saLam Rimba kaang…
Agustus 21, 2009 pada 1:14 am
hayahhhh…
hadddiirrr…. katigaaaxxx…
Agustus 21, 2009 pada 1:17 am
kaempaaaxxx….
selonjoran dulu liat liat pemandangan alam… bukti kekuasaan Alloh Yang Maha Besar…
Agustus 21, 2009 pada 1:26 am
Klimmaaaxxx jangan ampe ke ambil orang…
Hhhmmm… rruuaarrr biaaassaaa… sudah lama aku tak ke sana, naik gunung tuk menyepi, sekedar tuk merasakan betapa kecil diri ini dibanding kekuasaan illahi…
Aiihh.., panjenengan membuat aku iri, ngiming-ngiming tuk ‘liar’ lagi…
cu….
______
~noe~:
emang itu tujuannya, faza
membangkitkan naluri generasi lama yang sudah terkubur 🙂
Agustus 21, 2009 pada 2:06 am
poto-potona indah banget….
______
~noe~:
terimakasih 🙂
Agustus 21, 2009 pada 2:11 am
potho indah banget..slam kenal..aku yang udah ke lawu dan diengnya..bagus banget
______
~noe~:
terimakasih 🙂
Agustus 21, 2009 pada 2:35 am
wooo jebul senenge udat udut udute uwong…piyeee! 🙂
wah keren dahsyaaattt…semangat 45 mengibarkan merah putih di salah satu pucuk bumi yang paling eksotis.
saya belum pernah naik gunung, lha wong naik bukit yang cuma 150m aja menggeh-menggeh…cuma bisa memandang saja pucuknya yang berselimut awan dari kejauhan.
______
~noe~:
hehe…
sebelumnya juga kalo naik tangga kantor mesti menggeh-menggeh.
tapi kalo sudah di gunung ya apa boleh buat.
malu sama kabut 🙂
Agustus 21, 2009 pada 3:05 am
Asemik, bahasane jogja baget Mas Noe, asli!!! Photone ya keren2, hadooohhh… 😀
Kau mainkan untukku
Sebuah lagu tentang neg’ri di awan
Di mana kedamaian menjadi istananya
Dan kini tengah kau bawa
Aku menuju kesana
cocok banget kih, lirik e Katon, passs…
mantafff mantafff…
asem, kurang puass kayane lek komeng kekekek…
______
~noe~:
matur nuwun katon bagaskaranya 🙂
padahal itu bahasa campur-campur lho, den.
hehe…
Agustus 22, 2009 pada 5:19 pm
tadi malem pas main ke jeng ney (nenyok.com), terus kasih komen, ndilalah saya kutipkan lagunya katon juga, yang judulnya ‘usah kau lara sendiri’. Walah, sama Guskar langsung dibalesi, ini denmas lagi kasmaran karo sopo toh, ning nggone noe katon, ning kene katon. Kasmaran lak yo sah2 wae to mas noe? kekekek…
______
~noe~:
katon memang ndak ada matine.
liriknya mantabs dan abadi.
jadi tidak perlu justifikasi kasmaran, tiap ada momen segala momen, lirik2nya bisa langsung diklopkan.
tak ke ney dulu ah…
sebelum imsak 🙂
Agustus 23, 2009 pada 1:29 am
weh..jebule wadul neng kene yo… ha..ha…
sing diwaduli lunga maneh den….. ora ngetok.. 🙂
______
~noe~:
biasa, gus
weekend diriku off dulu, kemarin baru beredar sehari langsung ketanggor weekend 😐
banyak PR yang musti dikerjakan nih
Agustus 24, 2009 pada 11:15 pm
(merasa konangan untuk ke sekian kalinya 😀 )
Agustus 21, 2009 pada 5:32 am
wah! aq melu dung blusuk an e. . wah wah wah, aq lum pernah ndaki sama sekali T.T
ikkuuut!
______
~noe~:
ayuukkk…
tahun baru?
Agustus 21, 2009 pada 5:35 am
pameran, pameran, pameran…
manas manasi balung tuwek iki…,
hahaha sukses mas, sentoso tekan rumah, dan semoga menang 😀
dahsat…
______
~noe~:
riya-ku konangan ik 🙂
satu kebanggaan jika masih menganggap diriku masih muda 🙂
hehehe..
memang tujuane manas-manasi 😆
Agustus 21, 2009 pada 6:23 am
wah pak bagus sekali poto2 nya.pengen dah kesana. Pak selamat atas pendakiannya. kapan2 mendaki gunung gede atao gunung salak pak.
______
~noe~:
gedhe sudah 2 kali. katanya sekarang harus inden?
salak ndak sampai puncak.
ayo kapan?
Agustus 21, 2009 pada 6:24 am
manteb temenan sipppp hebat pokok`e ngono lah ra iso diucapkan dengan kata-kata fotone ok banget…..
______
~noe~:
terimakasih, dyon 🙂
Agustus 21, 2009 pada 7:45 am
Waw, bener2 wong Jowo tenan kiye mas. Gunung2 kui ora asing bagi diriku.
______
~noe~:
berarti kang guru sudah pernah berkenalan dunk 🙂
Agustus 21, 2009 pada 7:58 am
jian… lha rak tenan… toh, teman satu ini ke mana..
baca2 artikelmu sebelumnya… mmg ada tersirat mau mendaki, tp saya nggak ngira dalam waktu dekat ini..makanya saya melakukan parduga tak bersalah apa ~teteh~ lagi lahiran.. 🙂 😀
oleh2mu nyiamik tenan noe… menguak nostalgia petualangan saya ketika masih muda dulu jiaha..ha..ha..
______
~noe~:
iya lo, gus
sampe padu jee…
ngono kok dicritakke. wis jan tenan…
ini memang tujuannnya membangkitkan nostalgia, menggali motivasi tetap terjaga 🙂
makane fotonya digedhe-gedhe-ne
Agustus 21, 2009 pada 8:47 am
benar benar kagum menyaksikan alam yang begitu indah..
merdeka merdeka!!!
jayalah indosia…jiwa ragaku untukmu !!!
______
~noe~:
aku juga kagum sendiri, kok bisa lebih indah dari warna aslinya 😀
Agustus 21, 2009 pada 8:48 am
Merapi adalah salahsatu gunung favorit saya, mas noe.. gak ada matinye tuh.
ditunggu oleh2 terdahsyatnya: catatan perjalanan. 😀
______
~noe~:
kemarin dirimu sibuk sekali, ya.
sampai ndak bisa menemani diriku ke merapi. tapi untunglah tetap kesampaian, kang.
btw, oleh2nya sudah ndak ada lagi 😀
Agustus 21, 2009 pada 9:59 am
Trembelane tenan,,,,
urusan dengan warga ingin selalu kawulo (Aku) nomor satukan, tapi untuk urusan naek gunung adalah wajib bagi kawulo, wajib alias nomor wahid…
Cen sampeyan trembelane tenan, ngajak naek gunung mendadak kaya mau ngelahirin jabang bayi.
Wes,,, pokoke hayuh terus buat naek gunung, sampe rentapun wokelah, paribasan mati ning gunung yo iklas.
______
~noe~:
hehehe…
no comment
Agustus 21, 2009 pada 10:00 am
Luar biasa sekali di atas merapi. Aku rumah nya di sewukan 10 km dari gunung merapi, keindahannya saja sudah mengagumkan kalau hanya melihat di ketep pass. Apalagi berada di puncak garuda. Bener sekali kalau disebut sebagai negeri di atas awan.
salam kenal. mampir keblog kami
______
~noe~:
di ketep, diriku sudah belasan kali dan cuma bisa mendomblong saja, kapan bisa naik.
ternyata kemarin kesampaian juga 🙂
Agustus 21, 2009 pada 10:48 am
Kesenangan dan hobi kadang tak terpahami bagi yang tidak menyenangi…..mendaki gunung barangkali tak setiap orang menyenanginya….tapi dari hasil gambar yang di pajang ..hanya satu kata….LUAR BIASA….
______
~noe~:
betul. kadang diriku juga ndak ngerti kepada kolektor2 barang2 kletikan yang menurutku itu sampah. tetapi kita tetap harus menghargai hobi tiap orang karena kita tidak bisa berada dalam posisi orang itu. berada dalam posisi menyenangi hobinya. yang bisa kita lakukan adalah kita bisa menyenangi orangnya, bukan hobinya 🙂
terimakasih
Agustus 21, 2009 pada 12:58 pm
kang noe…
pantusan ga apdet2
naek gunung tho?
indahnyaaa
______
~noe~:
betul
dirimu langsung posting sakhohah…
untungnya ciri khasmu singkat padat dan inspiratif tetapi sedikit nakal
mantabs 🙂
Agustus 21, 2009 pada 1:39 pm
wah, perjalanan panjang kaya’nya nih..
saya pengen deh kapan2 bisa naek gunung lagi dan ke gunung2 yang melegenda di jawa
______
~noe~:
jangan kelamaan rencananya, billy…
nanti tersalip sama umur 🙂
Agustus 21, 2009 pada 3:08 pm
salam lestari!!!
keren bangetz kang noe. jadi pengen mengulangi masa SMA.
inget film vertical limit neeh.
tidak mengambil kecuali foto, tidak meninggalkan kecuali jejak
______
~noe~:
yaya betul
slogan itu ada juga di merapi, cuma diriku ndak sempat ngambil gambarnya.
ada 3 slogan, 2 diantaranya itu, “ditambah tidak membuang kecuali waktu” 🙂
Agustus 24, 2009 pada 1:32 pm
wah iya, lali kuwi
lali pas lagi nulis komen. opo yo sing siji meneh? hehehe
wis pensiunnan c…
Agustus 21, 2009 pada 3:22 pm
komentar OOT…
mas noe…delenger saya nominasikan di ajang pestablogger XL blog award. lebih jelasnya silakan dilihat di:
http://pestablogger.com/?p=875&cpage=2#comment-27763
mudah-mudahan berkenan…
______
~noe~:
waduh, kang
apakah pantas. apalagi masuk satu grup dengan guskar. bisa sudden death kie 😆
terimakasih untuk apresiasinya, kang
sukses untuk kita semuanya…
sudah mengintip ke sana, dan diriku juga ingin merekomendasikan blog yang menurutku bagus. tapi masih bingung kategorinya.
Agustus 21, 2009 pada 10:59 pm
aku yo kaget noe… mase sdh menominasikan blog kita..
semoga 3-3nya menang kabeh 🙂
______
~noe~:
ternyata setelah dipetani masing-masing blog yang menurutku bagus, semuanya masuk dalam satu kategori 😀
dinominasikan saja sudah bersyukur, gus. semoga bisa turut meramaikan saja ya…
Agustus 21, 2009 pada 5:14 pm
Selamat sore delenger, Bagi pendaki Gunung yang profesional prestasi sampai ke Puncak merupakan tantangan yang menarik. Belum rasanya kalau belum menorehkan pncak Gunung yang baru, karena dengan prestasi naik gunung sampai ke Puncak dengan selamat membuat jiwa menjadi hidup, kalau hanya mendaki gunung belum sampai ke Puncak kurang pas rasanya. Tidak ada tantangan, sehingga petualangan menjadi membosankan. Dengan berusaha berprestasi sampai ke Puncak Gunung akan membuat hidup ini bersemangat karena apa yang diidamkan mencapai sasaran. Teruskan perjuanganmu melalui pendakian, Apapun yang diperbuat perbuatlah seoptimal mungkin agar prestasi dapat kita raih. Okay Delenger terima kasih postingannya, Sukses untuk anda.
______
~noe~:
betul mbak agnes.
bahkan lebih sering di puncak itu tidak lebih indah dibandingkan dengan perjalanannya 🙂
tetapi jika sudah ada tekad bulat, apapun bisa kita raih meskipun dengan berpeluh kesah.
terimaksih kunjungannya, mbak
salam…
Regards, agnes sekar
Agustus 21, 2009 pada 6:10 pm
salam kenal
dadidu
______
~noe~:
salam kenal juga 🙂
Agustus 21, 2009 pada 7:30 pm
benar2 petualang sejati mas noe ini, saya baru sebatas melihat lerengnya, mas, hehe … selamat menyongsong bulan ramadhan, mohon maaf lahir dan batin.
______
~noe~:
saya bukan petualangan, mas. apalagi petualang sejati.
cuma seseorang yang mencoba memenuhi sebuah obsesi tentang petualang itu
mohon maaf lahir dan batin juga 🙂
Agustus 21, 2009 pada 8:52 pm
Marhaban ya Ramadan.
Sambut bulan ramadan dengan kebersihan jiwa untuk menggapai kemenangan yang hakiki.
Selamat menjalankan ibadah puasa
______
~noe~:
Selamat menjalankan ibadah puasa juga
Agustus 24, 2009 pada 6:18 pm
fotonya mantab2, Bang!
ahli jepret menjepret, ya?
______
~noe~:
terimakasih, alam&endah
diriku ahli keberuntungan 🙂
Agustus 21, 2009 pada 9:04 pm
Pic yang negeri di awan.. Itu ambil sendiri !?
Bagus banget VIEW nya…
______
~noe~:
kecuali yang potret diri, semua ambil sendiri, om.
awannya menjadi dominan karena efek lensa kamera yang terbatas jarak jangkauannya. detil datarannya menjadi hilang.
viewnya sih sebetulnya ndak begitu spesial karena kekurangan kamera malahan menjadikan kelebihan di hasil gambarnya.
Agustus 21, 2009 pada 9:48 pm
Subhanallah..
Betul2 indah..
______
~noe~:
terimakasih bu guru 🙂
Agustus 21, 2009 pada 9:51 pm
Maz… Tanya: delenger itu apa?
______
~noe~:
jawabannya ada di sini :
Agustus 22, 2009 pada 12:18 am
Kembali melihat foto lagi ….
Kalo disuruh mana yang paling bagus, saya susah menentukannya. Untung gak disuruh he he
Bener, bagus semua.
Btw, legenda gunung Sumbing dan Gunung Sindoro itu ada hubungannya dengan danau apa ya? Barangkali tahu.
Trims.
______
~noe~:
mohon maaf, malahan diriku ndak tau tentang legenda sindoro sumbingnya.
kalo hubungan dengan kerajaan-kerajaan jaman wayang itu masih ada. cuma diriku lupa kerajaan yang pernah mendiami di sana.
terimakasih utk apresiasinya, kang yayat.
nanti helmku ndak cukup dipake 🙂
Agustus 22, 2009 pada 2:22 am
wew
terkagum-kagum liat foto di atas
🙂
______
~noe~:
terimakasih 🙂
Agustus 22, 2009 pada 6:22 am
wah jadi kepengan aku mendaki gunung ..kuat gak ya????.. soalnya belum pernah sama sekali mendaki ..
______
~noe~:
kuat
yakin…
apalagi belum pernah mendaki 🙂
Agustus 22, 2009 pada 9:40 am
selamat berpuasa…maaf lahir dan bathin 🙂
______
~noe~:
maaf lahir batin juga, zulhaq
Agustus 22, 2009 pada 2:22 pm
mampir perdana bang!
salam knal!
seLamat berpuAsaaa!!
moga amal ibadah kita di bulan puasa diterima di sebagae amal yang Baik!! amiiinn
______
~noe~:
sama-sama
mohon maaf lahir dan batin
Agustus 22, 2009 pada 5:19 pm
salam persahabatan sahabat
salam kenal heheheh….pa cabar?
salam hangat dalam 2 musimnya blue
Agustus 22, 2009 pada 5:28 pm
apik tenan marai pengen
______
~noe~:
memang disengojo ben mengin-mengeni 🙂
Agustus 23, 2009 pada 5:29 am
HUASEMMM TENAN!!! kepace ngenggon nek postingan koyo ngene!
______
~noe~:
hahaha…
ini yang paling kutunggu, nek kang seno mampir sini, misuh opo maning yooo 😆
Agustus 23, 2009 pada 11:05 am
wew,, mau dunk ikut naek2 ke puncak gunung 😛
______
~noe~:
siap… 😛
Agustus 23, 2009 pada 11:36 am
walaupun bolak balik
kalo ngeliat potongan kata “asem ik, bajigurr i…” bikin ngakak. keingat jaman kumpul2 ma sodara sodari di solo…
______
~noe~:
sebenarnya ‘ik’ itu bukan murni jogja. lebih ke semarangan.
wah, kapan maen ke solo lagi?
Agustus 23, 2009 pada 4:55 pm
weleh…weleh…. mantabs bener!!!! komplet sekomplet2nya… ps: peta gps, disimpen filenya. siapa tahu kelak ada yg membutuhkan… 😉
______
~noe~:
iyoe
mumpung lagi ada waktu ngedit peta 🙂
semoga berguna, meskipun jalurnya tidak terlalu mbulet kaya merbabu 🙂
Agustus 23, 2009 pada 9:42 pm
waw fotonya keren! 🙂
______
~noe~:
terimakasih 🙂
Agustus 23, 2009 pada 9:44 pm
Ikut memandang lagi Mas ah he he
______
~noe~:
waaaa…
lama-lama jadi ndak pede lho kang yayat 😐
Agustus 24, 2009 pada 6:54 am
hadiirrr…
pagi… pagi… gini… mencari bekal tuk melewati hari ini….
hmmm…, mas… lom apdet bro..???
cu….
Agustus 24, 2009 pada 7:29 am
wuiiihhh mantep tenan…..
Agustus 24, 2009 pada 7:59 am
wuuuuzzzzzzzzz.. bener2 beautipull
ini baru ruar biasa..
ada ya yg bisa njepret kayak gitoo.
hebat noe..
Agustus 24, 2009 pada 11:15 am
Subhanalloh, kapan ya uni bisa kesana? *iri mode on* ^_^
Agustus 24, 2009 pada 1:10 pm
**speechlesss…
INCREDIBLE !!!
Agustus 24, 2009 pada 3:22 pm
wah keren bos rutenya…wuih jadi pengen turing juga nih..
Agustus 24, 2009 pada 3:31 pm
Fotonya keren2 abis…
Agustus 24, 2009 pada 3:33 pm
moga percik apinya bisa dikendalikan ya, tinggal 2,5 jam lagi qo ^_^, zemangat sore
Agustus 24, 2009 pada 4:07 pm
haddiirr…
sore sore gini ngunjungin sahabat… sapa tau ada bekal buat buka nanti…..
apdet bro…. apdet… kqkqkkqkq….
orang bingung cari buat bbuka aku malah tereak2 apdet euy…. kqkqkqk… kaburrrr…..
cu…
Agustus 24, 2009 pada 4:30 pm
Oh pencinta dan pendaki gunung ya Mas .Noe,
kok bulan puasa sih naik gunungnya ?
nggak terlalu berat jadinya MAs ?
Salam.
______
~noe~:
pas tujuhbelasan, bunda.
kejar tayang sebelum puasa 🙂
Agustus 24, 2009 pada 7:10 pm
met malam sahabat
salam perkenalan dari aku
salam hangat
______
~noe~:
salam juga
diriku mampir ke sana, cuma belum meninggalkan jejak 😐
pas pake opera, sukar error jika komeng
Agustus 24, 2009 pada 9:01 pm
Salam
igh Subhanalloh, mau saya kesana jhe, sudah lama ga naik gunung, mendaki terakhir ke Ciremai itupun ndak sampe puncak..hiks..kangen mendaki jadinya.
“Kau mainkan untukku
Sebuah lagu tentang neg’ri di awan
Di mana kedamaian menjadi istananya
Dan kini tengah kau bawa
Aku menuju kesana”
*katon song mode*
______
~noe~:
ney, kita senasib
salah satu yang ndak sampai puncak adalah ciremai.
dan itu masih menjadi ganjalan di hatiku 😐
dua kali dinyanyiin lagu ini 🙂
satu dari denmas
satu dari ney
makasih sobat 🙂
sukses semua…
Agustus 24, 2009 pada 11:20 pm
Jeng Ney kayane seh menjura kih hehehe…
(menjura ki jan2e artine opo to?)
______
~noe~:
di tempat ney sering banget ya, den…
tak pikir ki setiap orang sudah tahu
(semoga pertanyaan denmas bisa terjawabkan olehnya :-))
Agustus 24, 2009 pada 9:03 pm
Belum ada artikel terbaru ya…
Ditunggu kedatanganya di tempat ku ya… 🙂
______
~noe~:
siap 🙂
Agustus 24, 2009 pada 9:50 pm
Sang Pendaki rupanya…, kenikmatan yang tidak bisa dirasakan oleh kelompok yang bukan pendaki seperti saya.
______
~noe~:
+pernah makan gulai atau sate atau pepes ikan ?
-belum
+karena itulah, kita tidak tahu rasa gulai, sate, atau pepes ikan 🙂
Agustus 24, 2009 pada 10:47 pm
sik .. sik .. sik … NOE, ceritamu memang huebat. Tp jangan bohong, foto terakhir itu kan aku, mosok kau tulis “Noe – foto by siJull”?!
______
~noe~:
woo
ngarang…
khusus poto itu diriku sangat-sangat bertararengkyu very much ke si jull.
karena kelihatan ngganteng bin rada-rada gimana begitu 🙂
pokoke mantabs 🙂
Agustus 24, 2009 pada 10:49 pm
haddiiirrr….
malam2 mengunjungi sahabat… hhmm… ada kopi hangatkah untukku…????
______
~noe~:
kopinya pagi ini, kang
Agustus 27, 2009 pada 3:31 pm
Cerita dan ilustrasinya mmbanggakan saya.
Salut kepada teman2 yang punya hobby ini, sementara teman2 sebayanya asyik muter2 di club malam sambil geleng.
Selamat kang, apik tenan.
Salam dari Surabaya
Agustus 31, 2009 pada 8:03 pm
ah selo… tempat indah dimana ada dua gunung tertangkap pandang… tempat yang sering hadir dalam angan dan aku rindukan 🙂
salam kenal…
d.~
______
~noe~:
tahu selo juga:-)
tiang bajulkesupen?
September 1, 2009 pada 8:40 am
artinya bajulkesupen itu apa? he he he…
tapi, ya…aku tau selo… pernah lewat sana dan terpikat pada pandangan pertama… he he he… sedemikian terpikat sampai pernah ‘merayu’ suamiku, maukah nantiiii… kelakkk… saat kita sudah kakek ninen tinggal disana saja, he he he he he… (rayuan yang nggak sukses, dan karena suamiku ngga menanggapi dengan sama semangatnya, aku terpaksa ‘menyerah’ dan bilang, baiklah… aku akan tinggal ditempat dimana suamiku tinggal saja, walau itu tidak seindah selo, karena dimanapun akan jadi indah kalau kita lewatkan bersama- sama… halaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh… ha ha ha ha ha 😀 )
d.~
______
~noe~:
bajul kesupen itu boyolali, mbak 🙂
lingkungan seputar lereng gunung memang selalu indah dan akan selalu begitu. lebih indah lagi jika kita bisa menerjemahkan keindahan itu lewat hati dan rasa yang cerah pula. membangkitkan semangat yang terbengkelai, membangunkan senang yang bermimpi sedih, atau sekedar meninabobokan masa lalu.
pokoke nyamleng tenan nang kana 😀
September 3, 2009 pada 11:15 pm
he he… jawaban mas noe ini juga sama indahnya dengan gunung- gunung… — aku suka kalimat ini, mas: “lebih indah lagi jika kita bisa menerjemahkan keindahan itu lewat hati dan rasa yang cerah pula. membangkitkan semangat yang terbengkelai, membangunkan senang yang bermimpi sedih, atau sekedar meninabobokan masa lalu.”
omong- omong, baru tersadar (ya ampun… kemana aja?!! ha ha ha ) bahwa ada foto lawu juga di artikel ini. ah, jadi ingat tempat indah di sekitar lawu yang aku pernah lewati juga: sine…
indah-indah-indah… 🙂
seperti yang mas noe bilang, gunung memang selalu indah ya? 😀
d.~
Desember 4, 2009 pada 10:44 pm
saodaraku,,,,, datang ke lawu dapatin oleh- oleh dr pasar dieng yaaaaa. terus berenang di telaga kuning, ok……!
Februari 23, 2014 pada 3:55 am
I’d incessantly want to be update on new posts on this website, saved to favorites!
Februari 23, 2014 pada 4:26 am
Wow! I like your blog! A lot and this not happen very often! I`ll stay longer with you so I hope to learn some more interesting things Keep up with your good work!
Februari 23, 2014 pada 6:42 am
Inexpensive Replica Handbags You guide me by sharing this toolbox i face difficulty whenever i exploit this promotion reading your weblog i am able to easily use.
Desember 21, 2016 pada 10:54 am
penjual rak minimarket di jogja
Selamat Pagi Indonesia | to to to be or not to be…