Archive for the ‘Satire’ category

Konspirasi Munyuk

September 16, 2009

rajamunyuk

Dulu ada masa diriku memasuki tahap di-nol-kan, yaitu suatu bentuk kewajiban mengikuti pembinaan di lingkungan militer dan secara militer. Jika bukan karena keterpaksaan tentu saja diriku ogah 100%. Bagaimana mungkin kulit Lux dan wajah Natasha-ku harus bergumul dengan deru debu?

Di dalam masa orientasinya tentu saja berbagai macam doktrin coba ditanamkan di otakku melalui berbagai acara yang benar-benar menyiksa fisik dan mental.

“Hai, kau!” hardik salah seorang tentara waktu itu.

“Siap!” jawabku sigap.

“Kau pasti benci terhadap tentara. Hayo ngaku !!!”

“Saya lebih benci polisi daripada tentara. Apalagi polisi yang gendut,” jawabku sekenanya sekedar menyelamatkan diri dari push up, guling-guling, atau slulup di selokan.

“Bagus!” tukas tentara itu sembari mrenges cengengesan.

Asem tenan…

Hehe…

(lebih…)

Orang Ketiga

Agustus 25, 2009

Sinema elektronik atau sinetron yang selalu menghiasi layar kaca hampir setiap jamnya, yang menghiasi wajah culun kita terbuai dengan opera sabunnya, sudah cukup mengubah pola pikir kita sekaligus menempatkan diri kita pada posisi sebagai penonton, sebagai pihak ketiga.

Kita bisa melihat dua sisi yang berhadapan dari kejauhan tanpa ada keharusan untuk masuk ke dalam konflik yang terjadi sehingga membawa kita ke suatu tempat yang nyaman dengan tiadanya konflik yang langsung bersinggungan dengan kita.

Kita bisa memaki tanpa objek yang kita maki itu bisa protes, atau kita bisa mencemooh salah satu pihak, atau paling jauh kita menjadi ikut bersedu sedan manakala objek dukungan kita berada dalam situasi yang tidak bagus. Semuanya hanya cukup dari kejauhan tanpa kita bersinggungan secara tanggung jawab. Hanya masalah perasaan yang masih bisa berkecimpung di dalamnya.

(lebih…)

18 Menit Saja

Agustus 10, 2009

21:42

“A Mild. Ada?”

“Wah, ndak ada, Mas,” seorang laki-laki setengah baya menyambutku di depan etalasi toko.

“Mild-mild yang lain ndak pa pa, Pak.”

“Tinggal ini yang paling ndak laku. Tinggal satu dan sudah lama.”

Diriku menyodorkan WR Supratman merah untuk menebus mild afkiran itu.

“Eh… panjenengan ngerokok apa ndak khawatir umur pendek?”

“Saya malah khawatir dikasih umur panjang tapi ndak bisa ngerokok,” tukasku singkat.


“…mungkin satu M cukuplah buat saya. Masak mau sampai puluhan atau bilyunan. Ada rumah di sana yang meskipun masih gedhek tapi harganya bisa milyaran. Tapi buat apa? Satu M buat bapak sudah cukup. Mau apalagi, to? Duit banyak kalo ndak bisa dinikmati ya ndak ada artinya…”

(lebih…)